Daftar Blog Saya

Jumat, 25 Maret 2011

susur pantai dr pantai BARON - pantai SUNDAK wonosari Yogyakarta

Sabtu 12 Maret 2011, terasa berat untuk membuka mata dan beranjak dari tempat tidur tapi karena hari ini ada rencana untuk susur pantai di  Wonosari, Gunungkidul Yogyakarta jadi dengan berat hati saya harus mengurungkan niat untuk tetap terlelap di pulau kapuk tercinta padahal cuaca kali ini begitu mendukung untuk “hibernasi” istilah yang sering saya gunakan jika saya ingin bermalas- malasan di Pulau kapuk (tempat tidur) sepanjang hari libur Sabtu- Minggu.
Rencana semula saya dan Liya akan berangkat pagi pukul 05.00wib tapi karena beberapa faktor, pukul 07.30 wib kami baru  menuju Terminal Giwangan, Yogyakarta dengan naik bus Trans Jogja Jalur3B dengan tiket sebesar Rp 3.000,-/org. Sampai di terminal kami langsung meluncur mencari bus jurusan Jogja- Wonosari, sempat bingung karena ini pertama kalinya saya dan Liya naik bus ke Wonosari dengan tarif sebesar Rp 5.000,-/org.
1300199166339873260
Pantai Drini
Dari Terminal Giwangan bus melaju dengan kecepatan sedang walaupun beberapa kali Pak Sopir menambah kecepatan saat melewati jalur cepat atau Ring Road membuat kami harus tetap waspada. Kami turun di Terminal Wonosari setelah menempuh perjalanan selama 2jam.  Dari sini kami tidak langsung mencari bus Jurusan Baron tapi kami malah  menyusuri  jalan sepanjang Pasar Wonosari untuk mencari bekal makanan dan ATM terdekat. Perjalanan menuju Pantai Baron kami tempuh selama 1jam menggunakan minibus jurusan Baronan dengan tarif Rp 10.000,-/org. (usut punya usut ternyata tarifnya lebih mahal dari penumpang lainnya, mungkin karena kami pendatang bukan warga setempat, tapi tidak masalah hitung- hitung kasih rejeki ke bapak angkotnya.)
1300197502104596675
Perahu Nelayan pulang dari melaut
Pukul 12.04 wib Akhirnya kami sampai di Pantai Baron yang terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 20 km arah selatan kota Wonosari (40 km dari kota Yogyakarta ).  Pantai ini  menjadi saksi pertemuan antara air laut dan air tawar, yang merupakan hasil dari sungai yang bermuara di satu sudut Pantai Baron, sebagai perlambang berpadunya dua hati meski dengan perbedaan latar belakang. Di Pantai Baron ini banyak dijumpai Warung- warung makan yang menjajakan aneka masakan ikan laut, udang, cumi, dan hasil tangkapan Para Nelayan lainnya dengan harga yang ditawarkan cukup terjangkau atau kita juga bisa membeli ikan mentah langsung dari Para Nelayan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan).
Karena tujuan kami adalah menyusuri pantai jadi kami tidak berlama- lama di Pantai ini, kami naik ke atas bukit dengan mengikuti petunjuk jalan salah seorang warga setempat. Dari bukit ini kami bisa melihat aktivitas para pengunjung yang bermain- main di sepanjang pantai bahkan para nelayan yang sedang pulang dengan kapal dan membawa hasil tangkapannya,  benar- benar pemandangan yang indah, pantai dengan pasir putihnya dan tebing batu karang yang menjulang tinggi berdiri kokoh.  Kami menyusuri jalan setapak dan beberapa kali menjumpai penjual makanan dan es kelapa muda, sampai akhirnya kami tidak menjumpai seseorangpun dan tersesat diujung jalan. Beruntung dengan insting dan naluri saya yang tetap waspada sehingga kami bisa menemukan badan jalan lagi padahal saya sudah kebingungan, takut terjadi sesuatu karena hujan mengiringi perjalanan kami.
1300197721482291786
Pantai kukup
Butuh waktu satu jam bagi kami untuk melewati bukit ini hingga akhirnya kami sampai di Pantai Kukup yang terkenal dengan beragam ikan hias air laut dan biota laut yang sangat indah di Aquarium Laut atau yang dijajakan para pedagang di sepanjang pantai.  Di Pantai ini terdapat sebuah pulau karang yang dihubungkan dengan jembatan senggol, dari atas Pulau karang kita dapat melihat hamparan pantai yang cukup luas dan sangat indah. Berbeda dengan Pantai Baron disini  kami tidak menjumpai aktivitas Para Nelayan dan kapalnya mungkin  karena struktur pantai yang lebih landai dari Pantai Baron jadi tidak dapat digunakan untuk melaut.
Pukul 14.40 wib melanjutkan perjalanan menuju Pantai Sundak setelah sebelumnya kami mampir ke salah satu pondok makan untuk mengisi perut. Menurut Ibu penjaga Warung, jarak Pantai Sundak dari Pantai ini sekitar 7km lagi cukup jauh jika ditempuh dengan jalan kaki, Ibu Penjaga sempat  menyarankan kami untuk naik Ojek saja karena khawatir kalau terjadi sesuatu pada kami berdua apalagi akhir-akhir ini sering terjadi perampokan. Namun kami tetap “ngeyel” (bhs. Jw) dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki.
Sepanjang perjalanan kami melewati ladang kacang tanah,singkong dan jagung serta hutan Pohon Jati karena kondisi tanah di wonosari yang berupa lahan kering tadah hujan yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan sehingga tidak cocok bila ditanami dengan tanaman padi misalnya. Kawasan perbukitan yang sebagian merupakan perbukitan Karst atau Gunung Kapur yang menjulang tinggi menambah semangat dan decak kagum kami meski demikian kami harus beberapa kali beristirahat dan merasakan lelah yang luar biasa dengan jalan yang naik turun begitu curam.
130019808640527880
Salah satu sudut Pantai Krakal
Pukul 17.15 wib Rasa capek semakin terasa dengan beban dipunggung yang terasa semakin berat dari sebelumnya, tapi rasa itu seperti hilang saat kami melihat Gapura besar tanda bahwa sebentar lagi kami sampai di Pantai Krakal setelah sebelumnya kami melewati Pantai Drini yang terkenal dengan Pohon Drini yang dipercaya ranting pohonnya dapat mengusir roh jahat dan sebuah pulau yang dinamakan Pulau Drini namun untuk menuju Pulau tersebut hanya di saat air laut surut saja tidak saat air laut pasang. Serta Pantai Sepanjang yang cukup bagus dan masih sepi  pengunjung, namun saya kurang tahu kenapa diberikan nama pantai sepanjang mungkin karena garis pantai di pantai ini lebih panjang daripada pantai- pantai lainnya.
Dari Pantai Krakal kami langsung menuju Pantai Sundak karena matahari sepertinya sudah mulai kembali berkandang ke peraduannya. Papan petunjuk arah Pantai Sundak sudah terlihatdi ujung jalan dan bertuliskan jarak 200m lagi. Kami begitu senang raut muka kami (saya pribadi tentunya) semakin“sumringah” (bhs. Jwa) karena sebentar lagi kami sampai di Pantai Sundak namun ternyata jarak 200m itu sepertinya terasa semakin jauh mungkin karena kondisi tubuh kami yang sudah capek tak tertandingi.
Pantai Sundak yang terkenal dengan pemandangan dan pantai pasir putihnya sama halnya dengan pantai- pantai lainnya di Wonosari. Saat kami tiba matahari sudah mulai terbenam, sinar lembayung senja begitu indah untuk diabadikan tanpa diberikan perintah. Kami benar- benar menikmati pemandangan yang indah ini meski kami harus bergulat dengan rasa capek yang menjalar diseluruh tubuh namun semua itu hilang dengan sendirinya.
13001983431000039647
Sunset di pantai Sundak
Kami menghabiskan malam di Pantai ini di sebuah pondok di tepi pantai dengan membayar uang sewa sebesar Rp 15.000,- setelah melalui debat tawar- menawar dengan si empunya tempat. Malam semakin larut, suasana malam ini cenderung sepi tidak seperti hari libur biasanya mungkin karena faktor cuaca yang tidak mendukung. Namun, disebelah pondok kami terlihat beberapa pengunjung lainnya sedang membuat api unggun dan saling bercengkerama menghabiskan malam. Tampak juga aktivitas para warga sekitar yang sedang mencari ikan- ikan karang disepanjang pinggir pantai dan jauh di tengah laut terlihat cahaya terang dari lampu kapal para nelayan yang sedang menangkap ikan.
Pukul 02.35 wib Beruntung kami bertemu dengan sepasang kekasih dari Surabaya yang sedang mengenyam pendidikan Perguruan Tinggi di Yogyakarta ( Mas Bram dan Mb Eni ) yang sudah dengan berbaik hati berbagi kamar kepada kami saat badai angin dan hujan menerpa kawasan pantai ini sehingga kami dapat terlepas dari badai tersebut.
1300198532209246323
Pantai Sundak
Minggu 13 Maret 2011 pukul 07.45 wib, Mata dan kaki sepertinya sudah tak tahan lagi untuk menapakkan jari-jari kaki kecilku diantara pasir dan memandang luasa samudera nan biru walaupun sekarang jadi hitam “butek” (bhs. Jw) karena hujan masih turun namun tidak selebat hujan semalam dan tidak mengurangi rasa keinginanku yang begitu besar untuk segera berendam dan berlari- lari diatas pasir apalagi kali ini saya membawa kamera underwaternya jadi bisa nampang waktu snorkeling.. ahhahaa.. :P
Pukul 11.45 wib Saya dan Bayu bersiap pulang stelah cukup puas menikmati keindahan alam dan harus berpisah dengan Mas Bram dan Mb Eni karena mereka masih ingin menikmati pantai ini. Kembali kami berjalan menembus gerimis hujan menyusuri jalan menuju Pantai Baron yang letaknya jauh 8km didepan. Sepanjang perjalanan sepertinya kami berdua menjadi tontonan, setiap orang yang lewat baik penduduk stempat, pengendara motor, mobil hingga bus- bus pariwisata selalu memandang aneh, sinis tidak karuan, terheran- heran dengan tingkah kami yang memutuskan untuk jalan kaki semoga itu cuma perasaan kami saja. :)
13001988551738299588
Menangkap ikan
Pukul 14.35 wib Kami sampai di Pantai Baron dan berharap bus terakhir menuju Terminal Wonosari masih ada. Namun, sepertinya Tuhan berkehendak lain bus terakhir tidak beroperasi. Kami ditawari untuk naik ojek dengan ongkos Rp 50.000,-/org tapi karena ongkos tersebut cukup mahal bagi kami berdua maka kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Kantor Kepala Desa Kemadang, tempat terakhir dimana bus berhenti. Padahal jarak Kantor tersebut dari Pantai Baron sekitar 3km, sepertinya kami sudah tidak sanggup lagi terutama saya pribadi yang sudah cukup penat. Beruntung kami bertemu dengan mobil patroli polisi yang sedang bertugas didaerah Pantai Baron dan mau memberikan tumpangan kepada kami hingga Kantor Polsek Tanjung Sari, karena menurut salah satu Pak Polisi bus masih ada disana. Di sepanjang perjalanan kembali kami menjadi tontonan karena mungkin dikira warga kami berdua adalah tawanan. Sesampainya di Polsek Tanjung Sari kami harus kembali menunggu kedatangan bus berharap masih ada bus lain yang beroperasi hinga terminal. Namun setelah sekian lama kami menunggu bus tak kunjung datang membuat kami semakin panik tidak karuan. Lagi- lagi kami sungguh beruntung, bagaimana tidak Bapak Kepala Polsek Tanjung Sari sendiri dengan sukarela memberikan tumpangan kepada kami hinga di Terminal Giwangan karena kebetulan beliau berdomisili di Yogyakarta.
Perjalanan yang sungguh luar biasa, begitu banyak pelajaran yang kami dapatkan. Thanks God for this journey.. :)

Rabu, 23 Maret 2011

About LOVE

Apabila satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.ketoklah Pintu itu?dan masuklah..ingat jangan pintu janda teteangga sebelah…oke

Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.jadi cintailah apa yang dia cintai dan menjadi dirinya..

Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.untuk itu naksirlah seumur hiduup,,,